A.
Defenisi
Infertilitas
Fertilitas adalah
kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh
suami yang mampu menghamilkannya. Sedangkan Infertilitas adalah keadaan dimana
seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani
kehamilannya secara utuh.
Beberapa defenisi
infertilitas:
1.
Infertilitas adalah pasangan suami istri yang
telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak (sarwono,2000)
2.
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin
dan hidup ahrmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil (Manuaba,1998)
3.
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil
dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasangan suami istri tidak
pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil (Iswandi,2006)
4.
Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami
istri dikatakan infertil jika tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan
intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan
berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan
intim secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan bebas kontrasepsi bila
perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa hamil namun
tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Pada dasarnya infertilitas adalah
ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seprang perempuan
untuk menghasilkan keturunan.
B.
Faktor
Yang Mempengaruhi Infertilitas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi infertilitas pasangan sangat
tergantung pada keadaan lokal, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
1.
Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup
setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital,
misalnya prostates, pembedahan atau cedera pada genital pria atau daerah
inguinal, dan setiap paparan terhadap timbel, cadmium, radiasi atau obat
kematerapeutik. Kelebihan konsumsi alkohol atau rokok atau paparan yang luar
biasa terhadap panas lingkungan yang harus dicari.
2.
Faktor ovulasi
Sebagain besar wanita dengan haid teratur
mengalami ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (perubahan
payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
3.
Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi,
serviks menghasilkan lendir encer yang banyak yang bereksudasi keluar dari
serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya,
pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi.
4.
Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga
lokasi yaitu akhir fimbriae, pertengahan segmen, atau pada istmus kornu.
Penyumbatan fimbriae sejauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang
sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar
separuhnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbtan pertengahan
segmen hampir selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam
itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukkan tuberculosis. Penyumbatan istmus
kornu dapat bersifat bawaan stsu skibst endometriosis, adenomiosis tuba atau
infeksi sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat
tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam
dinding organ.
5. Faktor
perineum
Laparaskopi dapat menengali patologi yang
tak disangka-sangka sebelumnya pada 30 – 50% wanita dengan infertilitas yang
tak dapat diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan yang dapat menjauhkan fimbriae dari
permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.
6. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun
drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem repsoduksi wanita
berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita
adalah fase disaat wanita mulai dapat berreproduksi, yang ditandai dengan hait
untuk pertama kalinya (menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder,
yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan
timbunan lemak dipinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun.
Adapun fase menopause adalah fase disaat hait terhenti yang terjadi pada umur
45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara
periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami
menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur
menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkanpun
menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira 45
tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi.
C.
Etiologi
Infertilitas
Infertile tidak
semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan
bahwa suami menyumbang 25 – 40% dari angka kejadian infertile, istri 40 – 55%,
keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang
memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1. Pada
wanita
a. Faktor
penyakit
1. Endometriosis
Endometriosis
adalah tumbuhnya kelenjar dan stroma endometrium yang masih berfungsi di luar
tempatnya yang biasa, yaitu rongga uterus. Gejala dan tanda endometriosis
sangat bervariasi. Wanita dengan endometriosis ringan dapat menderita nyeri
panggul hebat, dan sebaliknya, wanita dengan endometriosis hebta keluhannya
dapat ringan sekali. Nyeri panggul dalam bentuk dismenorea sering kali dianggap
sebagai gejala khas dari penyakit ini. Gejala dan tanda lain dari endometriosis
adalah dispareunia kalau penyakit itu telah menjalar ke ligamentum sakrouterina
dan kavum douglasi.
2. Infeksi
panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan
penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada
uterus, ovarium, tuba fallopi, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi
panggul adalah nyeri pada daerah pusat kebawah (pada sisi kanan dan kiri),
nyeri pada awal hait, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan
cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat menstruasi,
hubungan seksual, aktifitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan
pemasangan AKDR misalnya spiral.
3. Mioma
uteri
Mioma uteri adalah tumor atau pembesaran
jaringan otot yang ada di uterus. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak
dilapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam uterus. Biasanya mioma uteri
yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak dilapisan
dalam. Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia
reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar
dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi uterus. Polip dapat menjulur keluar ke vagina.
Polip menyebabkan pertemuan ovum dan sperma dan lingkungan uterus terganggu,
sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang
dilapisi opleh selaput atau membran yang tumbuh tidak normal di rongga maupun
struktur tubuh manusia. Terdapat bebagai macam jenis kista dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista.
Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk
tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai aminore,
hirsutism, obesitas, infertilitas, dan pembesaran ovarium. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
6. Tuba
Fallopi yan tersumbat
Tuba fallopi yang tersumbat menyebabkan
spema tidak bisa bertemu dengan ovum sehingga pembuahan tidak terjadi atau
tidak terjadi kehamilan.
7. Sel
telur atau ovum
Kelainan pada sel telur dapat
mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan
proses pelepasan sel telus (ovulasi). 80% penyebab gangguan ovulasi adalah
sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan
gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah
darah hait 80cc dan lama haid antara 3-7 hari.
b. Faktor
fungsional
1. Gangguan
sistem hormonal wanita dan dapat disertai kelainan bawaan (imunologis). Apabila
embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.
2. Gangguan
pada pelepasan ovum (ovulasi). Ovulasi atau proses pengeluaran ovum dari
ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik.
Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses
ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen
dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengakibatkan folikel sel telur tidak
bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan
terganggu.
3. Gangguan
pada serviks, uterus dan tuba fallopi. Dalam keadaan normal, pada serviks
terdapat lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir
terganggu, maka perjalanan sperma akan terlambat. Sedangkan jika dalam uterus,
yang berperan adalah gerakan didalam uterus yang mendorong sperma bertemu
dengan ovum yang matang. Jika gerakan uterus terganggu, maka gerakan sperma
melambat. Sel telur bertemu dengan sel sperma bertemu didalam tuba fallopi.
Jika terjadi penyumbatan didalam tuba fallopi maka sperma tidak bisa membuahi
ovum. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpinitis, radang
pada panggul aatau infeksi yang disebabkan oleh jamur clamidia.
4. Gangguan
inplantasi hasil konsepsi dalam uterus. Setelah ovum dibuahi oleh sperma dan
seterusnya berkembang menjadi embrio selanjutnya terjadi proses nidasi pada
endometrium. Wanita yang memiliki kadar progesteron yang rendah, cenderung
mengalami gangguan pembuahan.
2. Pada
laki-laki
·
Kelainan pada alat kelamin
1. Hipospadia,
yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal antara lain pada permukaan
testis.
2. Ejakulasi
retrograd, yaitu ejakulasi dimana sperma masuk kedalam kandung kemih.
3. Varikokel,
yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju penis terlalu besar sehingga
jumlah dan kemampuan gerak sprematozoa berkurang yang berarti mengurangi
kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.
4. Testis
tidak turun dapat terjadi karena testis abtrofi.
·
Kegagalan fungsional
1. Kemampuan
ereksi kurang
2. Kelainan
pembentukan spermatozoa
3. Gangguan
pada sperma
·
Gangguan didaerah sebelum testis
(pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak yaitu hipofisis, yang
mengeliuarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi
spermatogenesis.
·
Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena
trauma pukulan, gangguan fisik atau infeksi. Bisa juga terjadi selama pubertas
testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu
yang lebih dingin dari pada suhu tubuh yaitu 34 – 35 °C sedangkan suhu tubuh
normal 36,5 - 37,5 °C. Bila suhu tubuh terus menerus naik 2 – 3 °C proses
pembentukan sperma dapat terganggu.
·
Gangguan daerah setelah testi (postteticular)
Gangguan terjadi disaluran sperma sehingga
sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu.
Penyebab bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit TBC serta
fasektomi yang disengaja.
·
Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan
sperma ke vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut.
·
Kurangnya hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi
kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
Diagnosis
Seorang wanita
dengan gek\jala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa dijelaskan biasanya
diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan laboratorium tertentu
bisa membantu seperti kadar Ca -125 dalam darah dan aktifitas endometrial
aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya adalah dengan
laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskopi melalui sayatan
kecil dibawah pusat. Dengan alat ini, dapat dilihat organ-organ panggul, kista
dan jaringan endometriosis secara langsung.
Berdasarkan
riwayat penyakit, gejala dan tanda-tanda serta pemeriksaan bimanual saja,
diagnosis endometriosis sukar dibuat. Hal ini disebabkan karena endometriosis
sering menyerupai penyakit lain seperti dismenore primer, pelvingitis,
perlekatan pelvis, uterus miomatus, sindroma kongesti pelvis, salfingitis
ismika nodosa, penyakit gastro intestinal, penyakit traktus urinarius dan
neoplasma. Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik,
dan dipastikan dengan pemeriksaan laparaskopi.
Pemeriksaan
laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila
ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid, dapat menjadi petunjuk
tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau pada kandung kencing.
Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu
haid. Differensial diagnosis, Adenomiosis uteri, radang pelvis dengan tumor
adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam mendiagnosis. Kombinasi adenomiosis
uteri atau mioma uteri dengan endometriosis, kista ovarium, karsinoma.
Gejala
Endometriosis dapat timbul di berbagai tempat dan mempengaruhi gejala yang
ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan adalah di belakang rahim, pada
jaringan antara rektum dan vagina dan permukaan rektum. Tapi kadang-kadang
ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing, dan
dinding samping panggul.
Mengikuti siklus
menstruasi, setiap bulan jaringan di luar rahim ini mengalami penebalan dan
perdarahan. Perdarahan ini tidak mempunyai saluran keluar seperti darah
menstruasi, tapi terkumpul dalam rongga panggul dan menimbulkan nyeri. Jaringan
endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya kista coklat. Akibat
peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan perut dan perlengkatan
organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terjerat dalam jaringan perut yang
tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Sepertiga penderita endometriosis tidk mempunyai
gejala apapun selain infertilitas.
D.
Klasifikasi
dan Manifestasi Klinis Infertilitas
Klasifikasi
Infertilitas
1.
Infertilitas primer
Disebut infertilitas primer jika wanita
belum pernah hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2.
Infertilitas sekunder
Disebut infertilitas sekunder jika wanita
pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturt-turut.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan
sebelmunya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile
apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
-
Pasangan tersebut berkeinginan untuk memilki
anak
-
Selama satu tahun atau lebih berhubungan
seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
-
Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali
dalam setiap minggunya.
-
Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat
atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan.
Manifestasi Klinis Infertilitas
1. Wanita
-
Terjadi kelainan sistem endokrin
-
Hipomenore dan amenore
-
Diikiutu dengan perkembangan seks sekunder yang
tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik.
-
Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek,
memilki payudara yang tidak berkembang dan gonatnya abnormal.
-
Wanita infertile dapat memilki uterus.
-
Motilitas tuba dan ujung fimbriaenya dapat
menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi atau tumor.
-
Traktus reproduksi internal yang abnormal.
2. Pria
-
Riwayat terpajan benda-benda mutan yang
membahayakan reproduksi (panas, radiasi, roko, narkotik, alkohol, infeksi)
-
Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan
protein dan vitamin tertentu.
-
Riwayat infeksi genitorunaria
-
Hipertiroidisme dan hipotiroid.
-
Tumor hipofisis atau prolactinoma
-
Disfungsi ereksi berat
-
Ejakulasi retrograd.
-
Hypo/epispadia
-
Mikopenis.
-
Andesensus testis (testis masih dalam
perut/dalam lipatan paha)
-
Gangguana spermatogenesis (kelainan jumlah,
bentuk dan motilitas sperma)
-
Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong
testis)
-
Varikokel (varises pembuluh balik darah testis)
-
Abnormalitas cairan semen.
E.
Pencegahan
dan Penanggulangan Infertilitas
1.
Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan
infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma.
Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius
2.
Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak
penelitian menunjukkan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas
sperma.
3.
Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan
rendahnya kadar hormon testosterone yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan
sperma.
4.
Berperilaku sehat
Penanggulangan infertilitas
1. Penanggulangan
infertilitas pria
Penanggulangan terbaik adalah dengan
menangani penyebabnya. Namun tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya
cukup banyak penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas
ditanggulangi.
-
Tindakan
pembedahan / operasi varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat
adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel)
tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan
pada 66% penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan
dengan hanya 10% pada kelompok yang tidak dioperasi.
-
Memberikan suplemen vitamin. Infertilitas yang
tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20%
penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari
pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan
penyebab di tingka kromosom dan keberhasian manipulasi genetik tampaknya
menjadi titik harapan di masa datang.
-
Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran
sperma. Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat
diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau
tidaknya produksi sperma di testis.
-
Menhentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan
gangguan sperma.
-
Menjalani teknik reproduksi bantuan. Termasuk
dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan progra bayi tabung. Tindakan
inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau
akibat masalah antibodi pada serviks. Pria dengan jumlah sperma hanya 5- 10
juta/cc dapat mencoba inseminasi buatan. Sedagkan bayi tabung umumya
membutuhkan sperma hanya beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru
dengan menyuntikkan langsung sel sperma ke dalam sel telur yang dikenal sebagai
ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection)
2. Penanggulangan
infertilitas wanita
Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam
7 langkah yang digambarkan sebagai berikut.
Langkah I
Cara yang terbaik untuk mencari penyebab
infetilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan
infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut :
-
Lama fertilitas
-
Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore
-
Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia.
-
Riwayat komplikasi pascapartum, abortus,
kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.
-
Kontrasespsi yang pernah digunakan.
-
Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan
sebelumnya.
-
Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis,
diabetes melitus, tiroid)
-
Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme)
-
Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
-
Riwayat keluar ASI
-
Pengetahuan kesuburan.
Langkah II (Analisis Abnormal)
Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan
riwayat atau sedang mengalami gangguan menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan
suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan
gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin
adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan
menstruasi, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin
dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya menstruasi.
Langkah III (Uji Pasca-Koitus)
Tes ini dapat emberi informasi tentang
interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasilnya negatif, perlu
dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma.
Langkah IV (Penilaian Ovulasi)
Penilaian ovulasi dapat diukur dengan
pengukuran suhu basal badan (SBB). Sbb dikerjakan setiap hari pada saat bangun
pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan dan minum.
Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran
bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada
gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi
dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen
(umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika
diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang
dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.
Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi
dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia Trachomatis dan Gonokokus
sering menyebabkan sumbatan tuba.
Langkah VI (Analisis Fase Luteal)
Kadar estradiol yang tinggi pada fase
luteal dapat menghambat implantasi. Pengobatan insufisiensi korpus luteum dengan pemberian sediaan progesteron alamiah.
Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi)
Karena makin meningkatnya penyakit akibat
hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat,
gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas.
Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk
pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat infeksi.
Beberapa jenis pengobatan berdasarkan
penyebab infertilitas antara lain :
|
Penyebab infertilitas
|
Jenis pengobatan
|
Suami
|
Hidrokel
|
Aspirasi atau eksisi
|
Varikokel
|
Ligasi
|
|
Bendungan vasa atau
epididimis
|
Operasi pintas
|
|
Istri
|
Oligozoospermia
|
FSH dan HCG, FIV
dengan SSIS
|
Gangguan
Spermatogenesis
|
Hindari berebdam air
panas dan pemakaian celana ketat
|
|
Endometriosis
|
Operasi, koagulasi
listrik atau laser, progesteron, danazol, modreksiprogesteron asetat,
dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol.
|
|
Mioma uteri
|
Operasi konservatif
|
|
Spasme Tuba
|
Hiosin amilnitrit,
triemonium
|
|
Obstruksi Tuba
|
Operasi rekonstruksi,
FIV
|
|
Gangguan ovulasi
|
Pemicuan ovulasi
(klomifen sitrat, epimetrol, tamoksifen, siklofenil, metformin).
|
|
Keduanya
|
Idiopatik
|
Inseminasi buatan, TAGIT,
Adopsi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar