Kamis, 27 Februari 2014

INFERTILITAS



A.      Defenisi Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Sedangkan Infertilitas adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh.
Beberapa defenisi infertilitas:
1.         Infertilitas adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi tetapi belum memiliki anak (sarwono,2000)
2.         Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup ahrmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil (Manuaba,1998)
3.         Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasangan suami istri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil (Iswandi,2006)
4.         Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami istri dikatakan infertil jika tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah enam bulan melakukan hubungan intim secara rutin dalam kurun 1-3 kali seminggu dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun serta perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Pada dasarnya infertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seprang perempuan untuk menghasilkan keturunan.
B.       Faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan  sangat tergantung pada keadaan lokal, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
1.         Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates, pembedahan atau cedera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap paparan terhadap timbel, cadmium, radiasi atau obat kematerapeutik. Kelebihan konsumsi alkohol atau rokok atau paparan yang luar biasa terhadap panas lingkungan yang harus dicari.
2.         Faktor ovulasi
Sebagain besar wanita dengan haid teratur mengalami ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (perubahan payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
3.         Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lendir encer yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi.
4.         Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi yaitu akhir fimbriae, pertengahan segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sejauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar separuhnya tidak berkaitan dengan riwayat semacam itu. Penyumbtan pertengahan segmen hampir selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini, menunjukkan tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat bawaan stsu skibst endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba didalam dinding organ.
5.      Faktor perineum
Laparaskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka sebelumnya pada 30 – 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim. Perlekatan perianeksa dapat ditemukan yang dapat menjauhkan fimbriae dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan.
6.      Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem repsoduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai dapat berreproduksi, yang ditandai dengan hait untuk pertama kalinya (menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut disekitar alat kelamin dan timbunan lemak dipinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase disaat hait terhenti yang terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi.

C.      Etiologi Infertilitas
Infertile tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25 – 40% dari angka kejadian infertile, istri 40 – 55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
1.      Pada wanita
a.       Faktor penyakit
1.      Endometriosis
Endometriosis adalah tumbuhnya kelenjar dan stroma endometrium yang masih berfungsi di luar tempatnya yang biasa, yaitu rongga uterus. Gejala dan tanda endometriosis sangat bervariasi. Wanita dengan endometriosis ringan dapat menderita nyeri panggul hebat, dan sebaliknya, wanita dengan endometriosis hebta keluhannya dapat ringan sekali. Nyeri panggul dalam bentuk dismenorea sering kali dianggap sebagai gejala khas dari penyakit ini. Gejala dan tanda lain dari endometriosis adalah dispareunia kalau penyakit itu telah menjalar ke ligamentum sakrouterina dan kavum douglasi.
2.      Infeksi panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada uterus, ovarium, tuba fallopi, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah nyeri pada daerah pusat kebawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal hait, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat menstruasi, hubungan seksual, aktifitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR misalnya spiral.
3.      Mioma uteri
Mioma uteri adalah tumor atau pembesaran jaringan otot yang ada di uterus. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak dilapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam uterus. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak dilapisan dalam. Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4.      Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi uterus. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan ovum dan sperma dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
5.      Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi opleh selaput atau membran yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat bebagai macam jenis kista dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai aminore, hirsutism, obesitas, infertilitas, dan pembesaran ovarium. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
6.      Tuba Fallopi yan tersumbat
Tuba fallopi yang tersumbat menyebabkan spema tidak bisa bertemu dengan ovum sehingga pembuahan tidak terjadi atau tidak terjadi kehamilan.
7.      Sel telur atau ovum
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telus (ovulasi). 80% penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah hait 80cc dan lama haid antara 3-7 hari.
b.      Faktor fungsional
1.      Gangguan sistem hormonal wanita dan dapat disertai kelainan bawaan (imunologis). Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
2.      Gangguan pada pelepasan ovum (ovulasi). Ovulasi atau proses pengeluaran ovum dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh kadar hormon androgen dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH dalam darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengakibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu.
3.      Gangguan pada serviks, uterus dan tuba fallopi. Dalam keadaan normal, pada serviks terdapat lendir yang dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan terlambat. Sedangkan jika dalam uterus, yang berperan adalah gerakan didalam uterus yang mendorong sperma bertemu dengan ovum yang matang. Jika gerakan uterus terganggu, maka gerakan sperma melambat. Sel telur bertemu dengan sel sperma bertemu didalam tuba fallopi. Jika terjadi penyumbatan didalam tuba fallopi maka sperma tidak bisa membuahi ovum. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpinitis, radang pada panggul aatau infeksi yang disebabkan oleh jamur clamidia.
4.      Gangguan inplantasi hasil konsepsi dalam uterus. Setelah ovum dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio selanjutnya terjadi proses nidasi pada endometrium. Wanita yang memiliki kadar progesteron yang rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan.


2.      Pada laki-laki
·         Kelainan pada alat kelamin
1.      Hipospadia, yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal antara lain pada permukaan testis.
2.      Ejakulasi retrograd, yaitu ejakulasi dimana sperma masuk kedalam kandung kemih.
3.      Varikokel, yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju penis terlalu besar sehingga jumlah dan kemampuan gerak sprematozoa berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.
4.      Testis tidak turun dapat terjadi karena testis abtrofi.
·         Kegagalan fungsional
1.      Kemampuan ereksi kurang
2.      Kelainan pembentukan spermatozoa
3.      Gangguan pada sperma
·         Gangguan didaerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak yaitu hipofisis, yang mengeliuarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi spermatogenesis.
·         Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik atau infeksi. Bisa juga terjadi selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin dari pada suhu tubuh yaitu 34 – 35 °C sedangkan suhu tubuh normal 36,5 - 37,5 °C. Bila suhu tubuh terus menerus naik 2 – 3 °C proses pembentukan sperma dapat terganggu.
·         Gangguan daerah setelah testi (postteticular)
Gangguan terjadi disaluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebab bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit TBC serta fasektomi yang disengaja.
·         Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma ke vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut.
·         Kurangnya hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
Diagnosis
Seorang wanita dengan gek\jala yang khas atau infertilitas yang tidak bisa dijelaskan biasanya diduga menderita endometriosis. Sebagai tambahan pemeriksaan laboratorium tertentu bisa membantu seperti kadar Ca -125 dalam darah dan aktifitas endometrial aromatase. Tapi alat diagnosa yang paling dapat dipercaya adalah dengan laparoskopi, yang dilakukan dengan memasukkan alat laparoskopi melalui sayatan kecil dibawah pusat. Dengan alat ini, dapat dilihat organ-organ panggul, kista dan jaringan endometriosis secara langsung.
Berdasarkan riwayat penyakit, gejala dan tanda-tanda serta pemeriksaan bimanual saja, diagnosis endometriosis sukar dibuat. Hal ini disebabkan karena endometriosis sering menyerupai penyakit lain seperti dismenore primer, pelvingitis, perlekatan pelvis, uterus miomatus, sindroma kongesti pelvis, salfingitis ismika nodosa, penyakit gastro intestinal, penyakit traktus urinarius dan neoplasma. Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan laparaskopi.
Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid, dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau pada kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sitoskopi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Differensial diagnosis, Adenomiosis uteri, radang pelvis dengan tumor adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam mendiagnosis. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis, kista ovarium, karsinoma.
Gejala Endometriosis dapat timbul di berbagai tempat dan mempengaruhi gejala yang ditimbulkan. Tempat yang paling sering ditemukan adalah di belakang rahim, pada jaringan antara rektum dan vagina dan permukaan rektum. Tapi kadang-kadang ditemukan juga di tuba, ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung kencing, dan dinding samping panggul.
Mengikuti siklus menstruasi, setiap bulan jaringan di luar rahim ini mengalami penebalan dan perdarahan. Perdarahan ini tidak mempunyai saluran keluar seperti darah menstruasi, tapi terkumpul dalam rongga panggul dan menimbulkan nyeri. Jaringan endometriosis dalam ovarium menyebabkan terbentuknya kista coklat. Akibat peradangan jaringan secara kronis, terbentuk jaringan perut dan perlengkatan organ-organ reproduksi. Sel telur sendiri terjerat dalam jaringan perut yang tebal sehingga tidak dapat dilepaskan. Sepertiga penderita endometriosis tidk mempunyai gejala apapun selain infertilitas.





D.      Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Infertilitas
Klasifikasi Infertilitas
1.         Infertilitas primer
Disebut infertilitas primer jika wanita belum pernah hamil walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2.         Infertilitas sekunder
Disebut infertilitas sekunder jika wanita pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturt-turut.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelmunya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
-          Pasangan tersebut berkeinginan untuk memilki anak
-          Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
-          Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
-          Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Manifestasi Klinis Infertilitas
1.    Wanita
-          Terjadi kelainan sistem endokrin
-          Hipomenore dan amenore
-          Diikiutu dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik.
-          Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memilki payudara yang tidak berkembang dan gonatnya abnormal.
-          Wanita infertile dapat memilki uterus.
-          Motilitas tuba dan ujung fimbriaenya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi atau tumor.
-          Traktus reproduksi internal yang abnormal.
2.    Pria
-          Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, roko, narkotik, alkohol, infeksi)
-          Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
-          Riwayat infeksi genitorunaria
-          Hipertiroidisme dan hipotiroid.
-          Tumor hipofisis atau prolactinoma
-          Disfungsi ereksi berat
-          Ejakulasi retrograd.
-          Hypo/epispadia
-          Mikopenis.
-          Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam lipatan paha)
-          Gangguana spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
-          Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
-          Varikokel (varises pembuluh balik darah testis)
-          Abnormalitas cairan semen.

E.       Pencegahan dan Penanggulangan Infertilitas
1.         Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius
2.         Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma.
3.         Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosterone yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan sperma.
4.         Berperilaku sehat
Penanggulangan infertilitas
1.      Penanggulangan infertilitas pria
Penanggulangan terbaik adalah dengan menangani penyebabnya. Namun tidak semua penyebab diketahui dan sebaliknya cukup banyak penderita yang diketahui penyebabnya, namun tidak dapat tuntas ditanggulangi.
-           Tindakan pembedahan / operasi varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66% penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10% pada kelompok yang tidak dioperasi.
-          Memberikan suplemen vitamin. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20% penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingka kromosom dan keberhasian manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.
-          Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma. Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di testis.
-          Menhentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma.
-          Menjalani teknik reproduksi bantuan. Termasuk dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan progra bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antibodi pada serviks. Pria dengan jumlah sperma hanya 5- 10 juta/cc dapat mencoba inseminasi buatan. Sedagkan bayi tabung umumya membutuhkan sperma hanya beberapa buahdapat dilakukan dengan teknologi terbaru dengan menyuntikkan langsung sel sperma ke dalam sel telur yang dikenal sebagai ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection)
2.      Penanggulangan infertilitas wanita
Penanganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 langkah yang digambarkan sebagai berikut.
Langkah I
Cara yang terbaik untuk mencari penyebab infetilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal berikut :
-          Lama fertilitas
-          Riwayat menstruasi, ovulasi dan dismenore
-          Riwayat koitus, frekuensi koitus, dispareunia.
-          Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik, kehamilan terakhir.
-          Kontrasespsi yang pernah digunakan.
-          Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
-          Riwayat penyakit sistematik (tuberculosis, diabetes melitus, tiroid)
-          Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme)
-          Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi
-          Riwayat keluar ASI
-          Pengetahuan kesuburan.
Langkah II (Analisis Abnormal)
Dilakukan jika hasil anamnesis ditemukan riwayat atau sedang mengalami gangguan menstruasi, atau dari pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi. Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 525 ng/ml. Jika ditemukan kadar prolaktin >50 ng/ml dosertai gangguan menstruasi, perlu dipikirkan ada tumor di hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang penyebab tidak terjadinya menstruasi.


Langkah III (Uji Pasca-Koitus)
Tes ini dapat emberi informasi tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Jika hasilnya negatif, perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma.
Langkah IV (Penilaian Ovulasi)
Penilaian ovulasi dapat diukur dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). Sbb dikerjakan setiap hari pada saat bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum makan dan minum. Jika wanita memilki siklus haid berovulasi, grafik akan memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi gambaran grafiknya monofasik. Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Cara lain untuk menilai ovulasi adalah dengan USG. Jika diameter folikel mencapai 18 – 25 mm, berarti menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi ovulasi.
Langkah V (Pemeriksaan Bakteriologi)
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia Trachomatis dan Gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba.
Langkah VI (Analisis Fase Luteal)
Kadar estradiol yang tinggi pada fase luteal dapat menghambat implantasi. Pengobatan insufisiensi korpus luteum  dengan pemberian sediaan progesteron alamiah.
Langkah VII (Diagnosis Tuba Fallopi)
Karena makin meningkatnya penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sangat penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovulasi merupakan penyebab tersering infertilitas. Penanganan pada prediposisi infertilitas bergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas akibat infeksi.







Beberapa jenis pengobatan berdasarkan penyebab infertilitas antara lain :

Penyebab infertilitas
Jenis pengobatan


Suami
Hidrokel
Aspirasi atau eksisi
Varikokel
Ligasi
Bendungan vasa atau epididimis
Operasi pintas







Istri
Oligozoospermia
FSH dan HCG, FIV dengan SSIS
Gangguan Spermatogenesis
Hindari berebdam air panas dan pemakaian celana ketat


Endometriosis
Operasi, koagulasi listrik atau laser, progesteron, danazol, modreksiprogesteron asetat, dehidroretroprogesteron, antiprogestin, anastrosol.
Mioma uteri
Operasi konservatif
Spasme Tuba
Hiosin amilnitrit, triemonium
Obstruksi Tuba
Operasi rekonstruksi, FIV

Gangguan ovulasi
Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat, epimetrol, tamoksifen, siklofenil, metformin).
Keduanya
Idiopatik
Inseminasi buatan, TAGIT, Adopsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar