Jumat, 19 Juli 2013

Proses Laktasi dan Menyusui



A.    Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepansang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram.

Perubahan pada payudara dapat meliputi:
Penurunan kadar progesterone secara cepat dengan peningkatan hormone prolaktin setelah persalinan. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
Ada tiga bagian payudara, yaitu:
1.      Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar pada payudara
2.      Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3.      Papilla arau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). Dibawah areola saluran yang besar melebar disebut sinus laktiferus. Akhirnya semua memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar, di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot-otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Ada empat macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar. Panjang, dan terbenam (inverted). Namun bentuk putting-putting ini tidak terlalu berpengaruh terhadap proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi.
Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangan penting untuk refleks  menyusui. Bila putting dihisap, terjadilah rangsangan saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
Tiga refleks penting dalam mekanisme hisapan bayi, yaitu:
1.      Refleks menangkap (rooting refleks)
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan, bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap putting susu.
2.      Refleks menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit bayi tersentuh biasanya oleh putting susu. Supaya putting mencapai bagian belakang palatum maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI terperas keluar.
3.      Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya.

B.     Manfaat Pemberian ASI

ASI merupakan makanan utama dan alami yang sangat bermanfaat bagi bayi. Manfaat menyususi dapat dilihat dari beberapa aspek
1.      Aspek gizi
Manfaat kolostrum
a.       Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infekssi terutama diare.
b.      Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c.       Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d.      Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
2.      Aspek imunologik
a.       ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi
b.      Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakter pathogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c.       Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi disaluran pencernaan..
d.      Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e.       Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: brochus-asociated lymphocyte tissue (BALT) antibody pernapasan, gut associated lymphocyte tissue (GALT) antibody saluran pernapasan, dan mammary associated lymphocyte tissue (MALL) antibody jaringan payudara ibu.
f.       Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bekteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3.      Aspek psikologi
a.       Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang cukup untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan mengingatkan produksi hormone terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
b.      Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
c.       Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih saying ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4.      Aspek kecerdasan
a.       Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b.      Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5.      Aspek neurologist
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6.      Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7.      Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenore Laktasi (MAL).

C.    ASI Ekslusif

ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi lahir sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih.pada pemberian ASI ekslusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI ekslusif diharapkan dapat diberikan sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan, tanpa makanan pendamping.
            ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan karena mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi. Tuhan telah menciptakan ASI untuk bayi/anak manusia seperti halnya Dia menciptakan susu sapi untuk anak sapi.
            UNICEF memperkirakan bahwa pwmberian ASI ekslusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan daalam jurnal pediatrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik 22%  jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
            Namun di Indonesia hanya 8% saja ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan 4% bayi disusui ibunya daalam waaktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padaahal 21.000 kematian bayi baru lahir usia dibawah 28 hari di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.
            Penelitian membuktikan bahwa ASI ekslusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnyasaat baru lahir, insting bayi membawanya untuk mencari putting ibunya. Pada jam pertama bayi menemukan payudara ibunya, ini adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi. Proses setelah IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dilanjutkan dengan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga dua tahun. Jika bayi baru lahir dipisahkan dengan ibunya maka hormon sters akan meningkat 50% sehingga hal ini akan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh bayi.
            Berdasarkan Kepmenkes RI No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 yang juga mengacu pada resolusi WHA.2001 ( World Health Assembly ) bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal bayi harus diberi ASI ekslusif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberi makanan pandamping ASI yang cukup dan aman dengan pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih.
            Peran dan wewenang bidan mengacu pada Kepmenkes RI No.900/Men.Kes/SK/VII/2002 tentang praktek dan registrasi bidan diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan pada masyrakat khususnya ibu hamil, melahirkan dan menyusui senantiasa berupaya mempersiapkan ibu hamil sejak kontak pertama saat pemeriksaan kehamilan memberikan pendidikan kesehatan tentang manfaat ASI secara berkesinambunagan sehingga ibu hamil memahami dan siap menyusui bayinya dengan pemberian ASI ekslusif.


D.    Masalah yang sering tejadi pada saat pemberian ASI
Masalah-masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah Puting datar/terbenam, payudara bengkak (engorgement), putting lecet, penyumbatan kelenjar payudara, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi putting dan bayi enggan menyusui.
1.      Putting datar / terbenam
Manajemen putting datar dan terbenam :
a.       Perawatan antenatal
Menarik puting atau menggunakan nipple shells mungkin kurang menolong, kebanyakan puting membaik pada saat kelahiran tanpa perawatan apapun.
b.      Segera setelah lahir
·         Bangun rasa percaya diri ibu
·         Jelaskan bahwa bayi menghisap payudara bukan putting
·         Dorong ibu untuk sebanyak mungkin kontak kulit dengan bayinya dan memungkinkan baayi mengenal payudara ibunya
·         Membantu ibu mengatur posisi bayi
·         Bantu ibu mencoba beberapa posisi memeluk bayinya
·         Bantu ibu agar putingnya keluar sebelum menyusui dengan gerakan Hofman atau alat suntik untuk menarik putting keluar
·         Membentuk payudara membuat pelekatan lebih mudah untuk bayi dengan menopang bagian bawah payudara dan menegakan bagian atas dengan jari ibu
c.       Minggu pertama atau kedua apabila diperlukan
Bila bayi tidak dapat menghisap secara efektif pada minggu pertama atau kedua, bantu ibu untuk :
·         Peras ASI dan berikan dengan cangkir atau langsung kemulut bayi
·         Biarkan bayi mencari payudara ibu lebih sering
2.      Payudara bengkak ( engorgement )
Payudara bengkak bias disebakan karena :
·         Kebanyakan ASI
·         Waktu mulai menyusui tertunda
·         Pelekatan kuraang baik
·         Kurang seringnya pengosongan ASI
·         Pembatasan lama dan waktu antara menyusui
      Perawatan payudara bengkak yang essential adalah dengan pengeluaran ASI. Apabila ASI tidak dikeluarkan akan berkembang menjadi mastitis dan abses, dan ASI akan berkurang. Jangan mengistirahatkan payudara ibu untuk menyusui karena akan memperburuk keadaan. Hal-hal yang bisa dilakukan ibu adalah :
·         Apabila bayi dapat menghisap susui bayi lebih sering.
·         Apabila bayi tidak dapat menghisap bantu ibu memeras ASI
·         Sebelum menyusui atau memeras ASI, stimulasi reflek oksitosin ibu dengan cara :
ü  Letakkan kompres hangat pada payudara atau mandi air hangat
ü  Urut tengkuk dan punggung belakang
ü  Urut payudara secara perlahan
ü  Rangsang payudara dan putting
ü  Bantu ibu menyusui untuk rileks atau santai
·         Setelah menyusui kompres dingin pada payudara untuk mengurangi odema
·         Bangun rasa percaya diri ibu, jekaskan bahwa ibu segera menyusui dengan baik.

3.      Putting lecet
Manajemen puting susu lecet yaitu :
a.       Mencari penyebab puting susu lecet
·         Amati bayi menyusui dan cek tanda-tanda perlekatan tidak baik
·         Periksa payudara : cari tanda-tanda infeksi candida, engorgement/bengkak dan retak
·         Lihat mulut bayi tanda-tanda candida dan tounge tie (lidah pendek, tidak dapat cukup meregang keluar karena frenulumnya pendek), adakah bercak candida (candida rash)
b.      Berikan pengobatan yang sesuai
·         Bangun rasa percaya diri ibu, jelaskan bahwa lecet/nyeri bersifat sementara dan menyusui akan segera terasa nyaman, mulai menyusui pada puting yang tidak sakit dan menyusui bayi sebelum sangat lapar
·         Bantu ibu memperbaiki pelekatan, ibu dapat terus menyusui dan tidak perlu mengistirahatkan payudaranya.
·         Kalau perlu bantu ibu mengurangi engorgement/payudara bengkak, ibu sebaiknya menyusui sesering mungkin atau merasa ASI
·         Pertimbangkan pengobatan candida apabila kulit putting dan areola terlihat merah, mengkilat atau bersisik dan gatal atau nyeri dan lecetnya berlanjut.
4.      Penyumbatan kelenjar payudara
Penyumbatan kelenjar payudara dapat terjadi karena ASI yang menebal sehingga menyebabkan tersumbatnya saluran ASI tersebut. Gejalanya adalah lump dan lembek dan sering kemerahan pada kulit yang terdapat lump. Wanita ini tidak demam dan merasa baik.
Penyebab dari saluran tersumbat adalah karena :
a.       Pengaliran yang kurang sempurna pada seluruh payudara, karena:
ü  Menyusui kurang sering
ü  Menghisap tidak efektif apabila peletakan bayi tidak baik
b.      Pengaliran yang kurang sempurna pada sebagian payudara, karena :
ü  Hanya mengosongkan sebagian payudara
ü  Pakaian yang ketat, misalnya bra
ü  Tekanan oleh jari ibu dapat menyumbat aliran susu waktu menyusui
ü  Payudaraa yang besar dan menggantung sehingga bagian bawah ASI mengalir kurang baik.
Cara perawatan penyumbatan kelenjar payudara adalah sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian berlahan-lahan bergerak kearah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui sehingga dapat mengeringkannya dengan efektif. Lanjutkan dengan megeluarkan air susu dari payudara itu sendiri setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun kearah putting susu.
5.      Mastitis
Adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal didalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (berhenti) ASI dan infeksi. Pathogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadat natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penuruan aliran ASI .Antibiotik (resistenpenisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.

1.      Gejala mastitis non-infeksius
·         Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”, atau area nyeri tekan yang akut
·         Ibu dapat merasa bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut
·         Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
2.      Gejala mastitis infeksius
·         Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
·         Ibu dapat mengeluh sakit kepala
·         Ibu demam dengan suhu diatas 34C
·         Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
·         Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercak air (tanda-tanda akhir)
·         Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang “pembengkakan”
Penanganan
·         Lanjutkan menyusui dan bebat payudara
·         Berikan kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
·         Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
·         Jika bersifat infeksius, berikaan analgesic non narkotik, antipiretik (ibuprofen, asetaaminofen, paracetamol) untuk mengurangi demam dan nyeri
·         Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi (< 39C) periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal
·         Pertimbangkan pemberian antibiotic antistafilokokus kecuali jka demam dan gejala berkurang
6.      Abses payudara
Merupakan komplikasi lanjut dari mastitis yang menyebabkan meluasnya peradangan pada payudara. Gejalanya tampak lebih parah, payudara lebih merah dan mengkilap dengan benjolan lunak yang berisi pus. Perawatannya dengan incici pus dan drain paada abses, pemberian antibiotic dan analgesic bebat payudara dan kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Bayi tetap disusui pada payudara yang sehat sedangkan payudara yang sakit ASInya diperas dan dibuang, bayi dapat menyusu kembali setelah sembuh.

7.      Menolak menyusu
Penolakan bayi untuk menyusu akan menyebabkan rasa sangat tidak nyaman pada ibu, ibu akan frustasi. Sebab-sebab bayi menolak untuk meyusui adalah:
1.      Bayi sakit, kesakitan atau tersedak
Bayi yang saakit kemungkinan menempel payudara saat menyusu tapi kurang menghisap seperti sebelumnya, seperti pada bayi infeksi atau kerusakan pada otak. Bayi yang kesakitan bias disebabkan karena adanya tekanan lecet akibat forsep atau vakum ekstrasi sehingga bayi menangis dan menolak ketika ibu berusaha untuk menyusui. Atau bias juga karena hidung tersumbat, mulut nyeri karena infeksi candida/thrush atau tumbuh gigi sehingga bayi menghisap beberapa menit kemudian berhenti dan menangis. Sedangkan bayi tersedak mungkin bayi mengantuk karena efek dari obat yang dikonsumsi ibu.
2.      Ada kesulitan dengan teknik menyusui
Kadaang-kadang menyusui menjadi tidak menyenangkan atau membuat bayi frustasi, kemungkinan penyebabnya adalah:
ü  Pemberian susu botol atau kempeng
ü  Tidak mendapat cukup ASI karena perlekatan yang kurang
ü  Tekanan pada belakang kepala bayi oleh ibu saat mengatur posisi bayi dengan kasar dengan teknik tidak baik
ü  Ibu menggoyang payudara yang mengganggu perlekatan
ü  Pembatasan menyusui
ü  Terlalu banyak ASI dan terlalu cepat menyusu karena ASI oversuplay
ü  Kesulitan kordinasi menghisap yang dini
3.      Perubahan yang membuat bayi marah
Bayi tiba-tiba menolak menyusu, yang sering disebut mogok menyusui atau nursing strike. Paling sering ditemukan pada bayi umur 3-12 bulan. Penyebabnya mungkin dikarenakan oleh :
ü  Berpisah dengan ibu, contoh ibu mulai bekerja
ü  Pengasuh baru atau terlalu banyak pengasuh
ü  Perubahan pada rutinitas keluarga misalnya pada saat bepergian
ü  Ibu sedang sakit, menstruasi atau perubahan bau pada ibu

8.      Kandida/Sariawan

Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dana bayi telah pengobatan antibiotic. Menifestasinya seperti area merah muda yang menyolok menyebar dari area putting,kulit mengkilat,nyeri akut selamadan setelah menyusui, pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya selama dan segera setelah menyusui. Bayi dapat menderita ruam popok, dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/ atau seperti terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk mengisap.

E.     Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Bidan dapat berperan dalam menunjang keberhasilan Ibu untuk menyusui bayinya dengan membangun rasa percara diri dan memberikan dukungan pada Ibu. Dalam hal ini Bidan berperan untuk meyakinkan Ibu dan keluarga bahwa bayi memperoleh makan yang cukup dari payudara ibu dan membantu ibu hingga ia mampu menyusui bayinya.



Bidan dapat membangun rasa percaya diri Ibu dan memberikan dukungan padanya dengan cara:
1.      Menerima apa yang ibu pikirkan atau rasakan
Menerima dalam artian menanggapi apa yang sedang dipikirkan ibu secara netral. Sebagai bidan anda tidak langsung setuju atau tidak setuju/ mengkritik bila ibu mempunyai ide yang salah dan tidak sependapat dengan anda. Tunjukan perhatian dan penerimaan anda dengan merefleksi balik, menanggapi dan gerakan tangan dan kepala. Sehingga empati sangat berguna untuk menunjukan penerimaan terhadap apa yang dirasakan ibu.
2.      Mengenali dan memuji apa yang ibu dan bayi kerjakan dengan benar
Dengan mengenali dan  memuji apa yang  ibu dan bayi kerjakan dengan benar akan membangu rasa percaya diri ibu, mendorong untuk melanjutkan perilaku-perilaku yang baik tersebut dan memudahkan menerima saran-saran nantinya.
3.      Memberika bantuan praktis
Pada saat ibu merasa tidak nyaman, lelah, telah mendapat banyak informasi atau ketika anda ingin menunjukan dukungan dan penerimaan bantuan praktis akan lebih bermanfaat. Bantuan ini dapat di lakukan dengan beberapa cara misalnya dengan member minuman hangat atau sesuatu yang bisa dimakan, memegang atau menggendong bayi dan membantu membuat ibu merasa bersih dan nyaman.
4.      Memberikan informasi yang sangat relevan
Informasi yang relevan adalah informasi yang berguna untuk sekarang.
5.      Menggunakan bahasa sederhana
Ketika memberikan penjelasan pada ibu dan keluarganya gunakan istilah umum yang di ketahui ibu karena sebagian besar orang tidak mengerti istilah praktis yang di gunakan petugas kesehatan.



6.      Memberikan saran bukan perintah
Berikan konseling dan saran pada ibu apa yang dapat ibu lakukan. Kemudian ibu memutuskan untuk mencoba atau tidak, hal ini akan membuat perasaan ibu telah terkendali. 


DAFTAR PUSTAKA
Sujiyatini, dkk. 2010. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas ASKEB III. Yogyakarta:
                 Cyrillus Publisher.
Perinansia. 2002. Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinansia.