Minggu, 03 April 2016

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT( ISPA)



INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT( ISPA)

A.    Definisi ISPA
Penyakit ISPA merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut (Anonim, diakses pada tanggal 2 desember 2008)
 ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan akut yang datang secara mendadak, yang singkat serta gawat. Penyakit ISPA dapat menjadi Pneumonia atau sering di sebut radang paru-paru yaitu penyakit batuk yang di tandai dengan napas cepat atau sesak napas. ISPA sering disalah artikan sebagai Infeksi Saluran pernapasan Atas. Sementara singkatannya merupakan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
 ISPA merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang secara anatomi dibedakan atas saluran nafas atas mulai dari hidung sampai dengan taring dan saluran nafas bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli beserta adnexanya, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi saluran nafas yang terlibat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA (Levi Silalahi, 2004).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
a.   Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.   Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
c.   Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Levi Silalahi, 2004)
            ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di sebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, tanpa atau disertai radang parenkin paru. Selain itu juga ISPA merupakan kelompok penyakit sebagai penyebab absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. 
B.     Etiologi Penyakit ISPA
            Penyebab ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi virus dan bakteri. Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara simultan. Penyebab ISPA akibat infeksi virus berkisar 90-95% terutama ISPA Atas. ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
            ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Sementara itu faktor lain terjadinya ISPA antara lain BBLR (Berat badan lahir ringan), malnutrisi, polusi udara dalam ruangan, tidak mendapatkan ASI penuh, padat hunian, imunisasi tidak lengkap dan defesiensi vitamin A.
Penyakit ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko berikut :
a.       Faktor yang berkaitan dengan daya tahan tubuh (host) seperti umur, Jenis kelamin, status gizi, imunisasi, dan asupan vitamin A.
b.       Faktor Lingkungan seperti perumahan (ventilas, lantai, dan kamarisasi),  kepadatan hunian, kebiasaan merokok, pendidikan Ibu, dan sosial ekonomi.
c.       Agent seperti bakteri, virus dan jamur (Muluki M, 2003)
C.    Klasifikasi ISPA
ISPA terdiri dari sekelompok klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang berbeda. Berikut ini klasifikasi dari ISPA.
1.       Klasifikasi menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a.      Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
b.     Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c.      Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
            Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
a.      Pneumonia berat : ditandai dengan batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b.     Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
            Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga klasifikasi penyakit
yaitu :
a.      Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b.     Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c.      Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Lembang, 2003).
2.       Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik
a.        ISPA bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya:
1)  Tonsilitis, penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti dengan demam dan kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.
2)  Common cold  adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.
3)  Sinusitus akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit kepala, demam,  malaise dan nausea.
4)  Pharingitis yaitu peradangan pada mukosa pharing dengan gejala demam disertai menggigil, rasa sakit pada tenggorokan, sakit kepala, sakit saat menelan dan lain-lain.
b.        ISPA bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis sampai alveoli paru, misalnya:
1)  Bronchitis akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak napas, dahaknya sulit keluar karena menjadi lengket, ditemukan adanya ronki basah dan wheezing.
2)  Pneomonia adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolodasi, panyakit penyakit ini muncul karena akut dengan demam, penderita pucat, batuk-batuk dan pernapasan menjadi cepat.
3)  Bronkopnemonia adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di bronkioli terminal, gejalanya adalah demam, sesak napas, batuk dengan dahak yang kuning kehijauan dan biasanya berupa serangan yang datangnya secara tiba-tiba.
4)  Tubercolosis paru adalah penyakit yang disebabkan M. Tuberculosis, gejalanya batuk biasanya disertai darah, panas, nyeri dada, kurus akibat kurang nafsu makan.
3.       Kalisifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit
a.      ISPA ringan, penatalaksaan cukup dengan tindakan penunjang tanpa pengobatan anti mikroba. Tanda dan gejalanya: batuk, pilek, sesak dengan ataupun tanpa napas, keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa rasa sakit di telinga.
b.     ISPA sedang, penatalaksanaannya memerlukan pengobatan anti mikroba, tetapi tidak perlu dirawat. Tanda dan gejalanya: pernapasan cepat (lebih dari 50 kali permenit), wheezing, napas menciut-ciut dan panas.
c.      ISPA berat, kasus ISPA yang perlu pananganan langsung oleh tenaga madis atau tenaga kesehatan. Tanda dan gejalanya: penarikan dada ke dalam pada saat penarikan napas, pernasan ngorok, tak mau makan, kulit kebiru-biruan, dehidrasi, kesadaran menurun.
            Perlu diingat, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas disebabkan oleh kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena seseorang tidak tahan terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu, udara dingin, debu, dan sebagainya. Namun penyebab yang paling umum adalah kuman penyakit.          ISPA dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. Tetapi bagi kita sangat penting memperhatikan ISPA pada anak-anak, karena penyakit ini merupakan salah satu penyebab penting kematian pada anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun (Balita).
D.    Tanda-tanda terserang ISPA
Menurut berat ringannya penyakit, ISPA dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a.   Tanda-tanda ISPA ringan, jika ditemukan salah satu atau tebih dari tanda-tanda berikut:
1.       Batuk
2.       Serak : anak bersuara parau saat mengeluarkan suara (saat berbicara atau menangis).
3.       Pilek : mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4.       Panas(demam): suhu badan lebih dari 37 0 atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan panas terasa panas.    
b.   Tanda-tanda ISPA Sedang, jika dijumpai tanda-tanda ISPA ringan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut:
Pernafasan lebih dari 50x per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun, atau lebih dari 40x per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan adalah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk ini maka diperlukan arloji. Suhu lebih dari 39oC (diukur dengan alat pengukur suhu badan/termometer). Tenggorokan berwarna merah. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). Pernafasan berbunyi menciut-ciut (Makmur, 2004).
Dari tanda-tanda ISPA perlu berhati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, tetapi penderita mengalami: Panas badannya lebih dari 390C atau gizinya kurang, atau umurnya 4 bulan atau  kurang, maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan dari pertugas kesehatan (perawat, bidan).
c.   Tanda-tanda ISPA Berat, jika dijumpai tanda-tanda ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut:
1.  Bibir atau kulit biru.
2.  Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3.  Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.
4.   Pernafasan berbunyi bercuit-ciut, dan anak tampak gelisah.
5.   Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.
6.   Nadi cepat lebih dari 160x permenit atau tak teraba.    
7.  Tenggorokan berwarna merah.  
Tanda-tanda klinis
Ø  Pada sistem pernafasan adalah: napas tak teratur dan cepat, retraksi/ tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas cuping hidung/napas dimana hidungnya tidak lobang, sesak kebiruan, suara napas lemah atau hilang, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras
Ø  Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
Ø  Pada sistem Syaraf adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
Ø  Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda pada anak:            
Ø  Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.
Ø  Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin
            Penderita ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau Puskesmas, karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan/cairan infus.
Cara Penularan ISPA                       
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
            ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan,
            Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang penderita kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain yang berdekatan dengan penderita.
2.5    Pencegahan dan Pengobatan ISPA
a. Pencegahan
            Mengingat pencegahan lebih baik dari pengobatan maka sebaiknya pengelolaan ISPA dilaksanakan secara menyeluruh meliputi penyuluhan kesehatan yang baik, menggalakkan imunisasi dan penatalaksanaan penderita secara medik sebagaimana lazimnya. Walaupun morbiditas ISPA bawah relatif lebih kecil dari ISPA atas namun fasilitas klinik yang dibutuhkan dalam penanganannya sangat tinggi. Selayaknyalah pemberantasan ISPA bawah diprioritaskan dengan menitik beratkan usaha penekanan morbiditas ISPA bawah baik sebagai lanjutan ISPA atas atau tidak dan mortalitasnya.
      Dalam upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan, yaitu sebagai berikut:
1.       Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya, antara lain:
a.    Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan PHBS sejak dini.
b.   Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan pemberantasan serta diagnosa dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
c.    Melakukan perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.
2.       Perlindungan Khusus (Spesifik Protection)
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan upaya antara lain:
a.    Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan dalam tubuh yang lebih baikdan dapat melawan agent penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh.
b.    Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.
3.       Diagnosis dini dan Pengobatan Segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan upaya antara lain:
a.    Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara diperiksa di sarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa seseorang/bayi benar-benar tidak menderita ISPA.
b.   Melakukan pencarian penderita ISPA dan berikan segera pengobatan yang tepat serta sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.
c.    Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak, dan tersangka.
4.       Pemberantasan cacat (disability limitation)
Penyakit ISPA jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat mengakibatkan kematian. Pemberantasan cacat dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a.    Mencegah proses lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara berkesinambungan sehingga dapat tercapai proses pemulihan yang baik.
b.   Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan yang lebih baik.
5.       Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik /medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA.
Secara pencegahan terhadap ISPA dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
·     Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
·     Immunisasi.
·     Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.   
·     Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b.     Pengobatan
Pengobatan meliputi pengobatan penunjang dan antibiotika. Penyebab ISPA atas yang terbanyak adalah infeksi virus maka pemberian antibiotika pada infeksi ini tidaklah rasional kecuali pada sinusitis, tonsilitis eksudatif, faringitis eksudatif dan radang telinga tengah.
            Pengobatan penderita penyakit ISPA dimaksud untuk mencegah berlanjutnya ISPA ringan menjadi ISPA sedang dan ISPA sedang menjadi ISPA berat serta mengurangi angka kematian ISPA berat. Adapun jenis pengobatannya :
a.      Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
b.     Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c.      Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
            Pengobatan penyakit ISPA juga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, salah satunya dengan merawat penderita di rumah sakit. Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik dirumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat.
 Pengobatan selanjutnya yaitu memberikan oksigen, jika frekuensi pernapasan lebih dari 70, terdapat penarikan dinding dada hebat, atau gelisah. Penggunaan terapi antibiotik juga merupakan salah satu pengobatan dimana di berikannya bencil penisilin secara intramoskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari.(ampisilin secara intramoskular, walaupun mahal dapat digantikan bencilpenisilin). Pengobatan antibiotik sebaiknya diteruskan selama 3 hari setelah keadaan membaik. 









DAFTAR PUSTAKA

Asdie, H. Ahmad. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Daulay, Ridwan Muchtar. 1992. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta
Depkes  RI.(2000). Informasi  Tentang  ISPA  pada  Balita. Jakarta  : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
WHO. Cough and cold remedies for the treatment of acute respiratory infection in young children. WHO;2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar