INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT( ISPA)
A.
Definisi ISPA
Penyakit
ISPA merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang mengandung
tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut (Anonim, diakses
pada tanggal 2 desember 2008)
ISPA
adalah Infeksi Saluran Pernapasan akut yang datang secara mendadak, yang
singkat serta gawat. Penyakit ISPA dapat menjadi Pneumonia atau sering di sebut
radang paru-paru yaitu penyakit batuk yang di tandai dengan napas cepat atau
sesak napas. ISPA sering disalah artikan sebagai Infeksi Saluran pernapasan
Atas. Sementara singkatannya merupakan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA
merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang secara anatomi dibedakan atas
saluran nafas atas mulai dari hidung sampai dengan taring dan saluran nafas
bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli beserta adnexanya, akibat
invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi
saluran nafas yang terlibat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis
bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA (Levi Silalahi, 2004).
ISPA
merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan
akut, dengan pengertian sebagai berikut :
a. Infeksi
adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran
pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara
anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan
batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory
tract)
c. Infeksi
akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari
(Levi Silalahi, 2004)
ISPA
adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di sebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus, tanpa atau disertai radang parenkin
paru. Selain itu juga ISPA merupakan kelompok penyakit sebagai penyebab absensi
tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain.
B. Etiologi Penyakit ISPA
Penyebab
ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi virus dan bakteri.
Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersama-sama secara simultan.
Penyebab ISPA akibat infeksi virus berkisar 90-95% terutama ISPA Atas. ISPA
terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA
antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus,
Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan
Mikosovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
ISPA
bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan
beberapa masalah dalam penanganannya. Sementara itu faktor lain terjadinya ISPA
antara lain BBLR (Berat badan lahir ringan), malnutrisi, polusi udara dalam
ruangan, tidak mendapatkan ASI penuh, padat hunian, imunisasi tidak lengkap dan
defesiensi vitamin A.
Penyakit ISPA
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko berikut :
a. Faktor
yang berkaitan dengan daya tahan tubuh (host) seperti umur, Jenis kelamin,
status gizi, imunisasi, dan asupan vitamin A.
b. Faktor
Lingkungan seperti perumahan (ventilas, lantai, dan
kamarisasi), kepadatan hunian, kebiasaan merokok, pendidikan Ibu,
dan sosial ekonomi.
c. Agent
seperti bakteri, virus dan jamur (Muluki M, 2003)
C.
Klasifikasi
ISPA
ISPA
terdiri dari sekelompok klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang
berbeda. Berikut ini klasifikasi dari ISPA.
1. Klasifikasi
menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Pneumonia berat
: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
b. Pneumonia: ditandai
secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan
pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan
sampai 5 tahun.
Untuk
golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia
berat : ditandai dengan batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan
pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada tiga klasifikasi penyakit
yaitu :
a. Pneumonia
berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia:
bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali
per menit atau lebih.
c. Bukan
pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat (Lembang, 2003).
2. Klasifikasi
berdasarkan lokasi anatomik
a. ISPA
bagian atas adalah infeksi akut menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya:
1) Tonsilitis,
penyakit ini ditandai rasa sakit pada saat menelan diikuti dengan demam dan
kelemahan tubuh, dapat disebabkan oleh virus dan bakteri.
2) Common
cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering
dijumpai pada balita yang disertai demam tinggi.
3) Sinusitus
akut merupakan radang pada sinus, beringus, sakit kepala,
demam, malaise dan nausea.
4) Pharingitis yaitu peradangan
pada mukosa pharing dengan gejala demam disertai menggigil, rasa sakit pada
tenggorokan, sakit kepala, sakit saat menelan dan lain-lain.
b. ISPA
bagian bawah adalah infeksi saluran pernapasan dari epiglotis sampai alveoli
paru, misalnya:
1) Bronchitis
akut adalah demam yang disertai batuk-batuk, sesak napas, dahaknya sulit keluar
karena menjadi lengket, ditemukan adanya ronki basah dan wheezing.
2) Pneomonia
adalah radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolodasi, panyakit penyakit
ini muncul karena akut dengan demam, penderita pucat, batuk-batuk dan
pernapasan menjadi cepat.
3) Bronkopnemonia
adalah peradangan paru-paru, biasanya dimulai di bronkioli terminal, gejalanya
adalah demam, sesak napas, batuk dengan dahak yang kuning kehijauan dan
biasanya berupa serangan yang datangnya secara tiba-tiba.
4) Tubercolosis
paru adalah penyakit yang disebabkan M. Tuberculosis, gejalanya batuk biasanya
disertai darah, panas, nyeri dada, kurus akibat kurang nafsu makan.
3. Kalisifikasi
berdasarkan derajat keparahan penyakit
a. ISPA
ringan, penatalaksaan cukup dengan tindakan penunjang tanpa pengobatan anti
mikroba. Tanda dan gejalanya: batuk, pilek, sesak dengan ataupun tanpa napas,
keluarnya cairan dari telinga yang lebih dari 2 minggu tanpa rasa sakit di
telinga.
b. ISPA
sedang, penatalaksanaannya memerlukan pengobatan anti mikroba, tetapi tidak
perlu dirawat. Tanda dan gejalanya: pernapasan cepat (lebih dari 50 kali
permenit), wheezing, napas menciut-ciut dan panas.
c. ISPA
berat, kasus ISPA yang perlu pananganan langsung oleh tenaga madis atau tenaga
kesehatan. Tanda dan gejalanya: penarikan dada ke dalam pada saat penarikan
napas, pernasan ngorok, tak mau makan, kulit kebiru-biruan, dehidrasi,
kesadaran menurun.
Perlu
diingat, bahwa sebenarnya tidak semua batuk, pilek dan panas disebabkan oleh
kuman penyakit, tetapi dapat juga disebabkan karena seseorang tidak tahan
terhadap sesuatu, misalnya makanan tertentu, udara dingin, debu, dan
sebagainya. Namun penyebab yang paling umum adalah kuman
penyakit. ISPA dapat
menyerang anak-anak dan orang dewasa. Tetapi bagi kita sangat penting
memperhatikan ISPA pada anak-anak, karena penyakit ini merupakan salah satu
penyebab penting kematian pada anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak di
bawah umur lima tahun (Balita).
D.
Tanda-tanda
terserang ISPA
Menurut berat ringannya penyakit, ISPA dibagi menjadi
tiga golongan yaitu:
a. Tanda-tanda ISPA ringan, jika
ditemukan salah satu atau tebih dari tanda-tanda berikut:
1. Batuk
2. Serak
: anak bersuara parau saat mengeluarkan suara (saat berbicara atau menangis).
3. Pilek
: mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas(demam):
suhu badan lebih dari 37 0 atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan panas terasa panas.
b. Tanda-tanda ISPA Sedang, jika
dijumpai tanda-tanda ISPA ringan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut:
Pernafasan lebih
dari 50x per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun, atau lebih
dari 40x per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan adalah dengan menghitung
jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk ini maka diperlukan arloji. Suhu
lebih dari 39oC (diukur dengan alat pengukur suhu badan/termometer).
Tenggorokan berwarna merah. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak
campak. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. Pernafasan
berbunyi seperti mengorok (mendengkur). Pernafasan berbunyi menciut-ciut
(Makmur, 2004).
Dari tanda-tanda
ISPA perlu berhati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, tetapi
penderita mengalami: Panas badannya lebih dari 390C atau gizinya kurang, atau
umurnya 4 bulan atau kurang, maka anak tersebut menderita ISPA
sedang dan harus mendapat pertolongan dari pertugas kesehatan (perawat, bidan).
c. Tanda-tanda ISPA Berat, jika
dijumpai tanda-tanda ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
tanda-tanda berikut:
1. Bibir
atau kulit biru.
2. Lubang
hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3. Anak
tidak sadar atau kesadarannya menurun.
4. Pernafasan
berbunyi bercuit-ciut, dan anak tampak gelisah.
5. Sela
iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.
6. Nadi
cepat lebih dari 160x permenit atau tak teraba.
7. Tenggorokan
berwarna merah.
Tanda-tanda klinis
Ø Pada sistem pernafasan adalah: napas tak
teratur dan cepat, retraksi/ tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas
cuping hidung/napas dimana hidungnya tidak lobang, sesak kebiruan, suara napas
lemah atau hilang, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras
Ø Pada sistem peredaran darah dan jantung :
denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung.
Ø Pada sistem Syaraf adalah : gelisah,
mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
Ø Pada
hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda
pada
anak:
Ø Tanda-tanda
bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.
Ø Tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin
Penderita
ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau Puskesmas, karena perlu mendapat
perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan/cairan infus.
Cara Penularan
ISPA
ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat
asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan
radang. Bila penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme
penyerang untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi
tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem
pernapasan,
Umumnya
penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang penderita kepada
orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman yang
dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain yang berdekatan dengan penderita.
2.5 Pencegahan dan Pengobatan
ISPA
a.
Pencegahan
Mengingat
pencegahan lebih baik dari pengobatan maka sebaiknya pengelolaan ISPA
dilaksanakan secara menyeluruh meliputi penyuluhan kesehatan yang baik,
menggalakkan imunisasi dan penatalaksanaan penderita secara medik sebagaimana
lazimnya. Walaupun morbiditas ISPA bawah relatif lebih kecil dari ISPA atas
namun fasilitas klinik yang dibutuhkan dalam penanganannya sangat tinggi.
Selayaknyalah pemberantasan ISPA bawah diprioritaskan dengan menitik beratkan
usaha penekanan morbiditas ISPA bawah baik sebagai lanjutan ISPA atas atau
tidak dan mortalitasnya.
Dalam
upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam lima tingkat pencegahan, yaitu
sebagai berikut:
1. Promosi
Kesehatan (Health Promotion)
Promosi
kesehatan untuk pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai upaya,
antara lain:
a. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menerapkan pola hidup sehat dan
PHBS sejak dini.
b. Memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan pemberantasan serta
diagnosa dini dari suatu penyakit seperti ISPA.
c. Melakukan
perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial
yang mempertinggi resiko terjadinya infeksi.
2. Perlindungan
Khusus (Spesifik Protection)
Perlindungan
khusus dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan upaya
antara lain:
a. Perbaikan
status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk membentuk daya tahan
dalam tubuh yang lebih baikdan dapat melawan agent penyakit yang akan masuk ke
dalam tubuh.
b. Pemberian
ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak mengandung kalori,
protein dan vitamin yang banyak dibutuhkan tubuh, pencegahan ini bertujuan
untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.
3. Diagnosis
dini dan Pengobatan Segera (early diagnosis and prompt treatment)
Diagnosis
dini dan pengobatan segera terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan upaya antara
lain:
a. Temukan
semua penderita secara dini dan aktif dengan cara diperiksa di sarana pelayanan
kesehatan guna memastikan bahwa seseorang/bayi benar-benar tidak menderita
ISPA.
b. Melakukan
pencarian penderita ISPA dan berikan segera pengobatan yang tepat serta
sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita agar tidak
menularkan penyakitnya pada orang lain.
c. Sediakan
fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat melakukan diagnosa dini
terhadap penderita, kontak, dan tersangka.
4. Pemberantasan
cacat (disability limitation)
Penyakit
ISPA jika tidak diobati secara baik dan teratur akan dapat mengakibatkan
kematian. Pemberantasan cacat dalam mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat
dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya:
a. Mencegah
proses lebih lanjut dengan cara melakukan pengobatan secara berkesinambungan
sehingga dapat tercapai proses pemulihan yang baik.
b. Melakukan
perawatan khusus secara berkala guna memperoleh pemulihan kesehatan yang lebih
baik.
5. Rehabilitasi
(Rehabilitation)
Rehabilitasi dalam
mencegah terjadinya penyakit ISPA dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik
/medis apabila terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit ISPA.
Secara pencegahan terhadap ISPA dapat dilakukan dengan
hal-hal sebagai berikut:
· Menjaga
keadaan gizi agar tetap baik.
· Immunisasi.
· Menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan.
· Mencegah anak
berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Pengobatan
Pengobatan
meliputi pengobatan penunjang dan antibiotika. Penyebab ISPA atas yang
terbanyak adalah infeksi virus maka pemberian antibiotika pada infeksi ini
tidaklah rasional kecuali pada sinusitis, tonsilitis eksudatif, faringitis
eksudatif dan radang telinga tengah.
Pengobatan
penderita penyakit ISPA dimaksud untuk mencegah berlanjutnya ISPA ringan
menjadi ISPA sedang dan ISPA sedang menjadi ISPA berat serta mengurangi angka
kematian ISPA berat. Adapun jenis pengobatannya :
a. Pneumonia berat:
dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia:
diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan
penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan
pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan
gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak
nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap
sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Pengobatan
penyakit ISPA juga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, salah satunya
dengan merawat penderita di rumah sakit. Apabila perawatan untuk semua anak
dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk
diberikan terapi antibiotik dirumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang
tidak mengalami penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit
yang sangat berat.
Pengobatan
selanjutnya yaitu memberikan oksigen, jika frekuensi pernapasan lebih dari 70,
terdapat penarikan dinding dada hebat, atau gelisah. Penggunaan terapi
antibiotik juga merupakan salah satu pengobatan dimana di berikannya bencil
penisilin secara intramoskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3
hari.(ampisilin secara intramoskular, walaupun mahal dapat digantikan
bencilpenisilin). Pengobatan antibiotik sebaiknya diteruskan selama 3 hari
setelah keadaan membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Asdie, H. Ahmad. 1995. Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Daulay, Ridwan Muchtar.
1992. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Cermin
Dunia Kedokteran. Jakarta
Depkes RI.(2000). Informasi Tentang ISPA pada Balita.
Jakarta : Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
WHO. Cough and cold remedies for
the treatment of acute respiratory infection in young children. WHO;2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar