A.
POSISI
OKSIPITALIS POSTERIOR PERSISTEN
1.
Pengertian
Pada persalinan dalam
presentasi belakang kepala, biasanya kepala janin masuk kedalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring dengan ubun-ubun kecil
bisa dikiri depan, kanan depan, kiri belakang, kanan belakang. Dalam persalinan
selanjutnya, maka ubun-ubun kecil ini akan memutar kedepan. Ada kalanya oleh
suatu sebab, misalnya pada bentuk panggul tertentu ubun-ubun kecil ini tidak memutar kedepan, tetapi tetap
dibelakang, Keadaan ini disebut posisi oksipitalis posterior persistens.
Presentasi belakang kepala dengan
ubun-ubun kecil dibelakang
2.
Etiologi
Sebab-sebab
terjadinya posisi oksipitalis posterior persistens adalah :
-
Bentuk panggul antropoid atau panggil
android
-
Multipara, dimana otot-otot dasar
panggul yang sudah lembek.
-
Kepala janin yang bundar atau agak kecil
-
Kesempitan panggul tengah
-
Ketuban pecah dini
-
Fleksi kepala kurang
-
Inersia uteri
3.
Mekanisme
Persalinan
Bila
keadaan panggul cukup luas maka persalinan dengan posisi oksipitalis posterior
persistens bisa berjalan spontan, walaupun agak lambat. Janin lahir dengan muka
dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut :
Setelah
kepala sampai di dasar panggul dan ubun-ubun besar terletak didepan, ubun-ubun
ini tertekan pada simfisis (sebagai hipomoklion). Lambat laun oksiput lahir
melewati perineum, diikuti kemudian oleh lahirnya sinsiput. Lahirya janin
dengan ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan regangan yang cukup besar pada
vagina dan perineum, hal ini disebabkan karena kepala yang sudah dalam keadaan
fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya lagi, sehingga tidak jarang
kepala janin lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia fronto-oksipitalis yang lebih besar dari sirkumferensia suboksipito-bregmatika.
Keadaan tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada vagina dan perineum yang
luas, maka sebaiknya dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas.
4.
Penanganan
Dalam
menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil dibelakang sebaiknya dilakukan
pengawasan persalinan yang seksama, karean jalannya persalinan dengan oksiput
dibelakang tidak dapat diramalkan sebelumnya dan kemungkinan timbulnya
kesulitan selalu ada. Namun demikian pada prinsipnya tetap ditunggu dulu dengan
harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan baru diambil bila kala II
terlalu lama atau ada tanda-tanda gawat janin. Kalau ada indikasi, maka dapat
dipilih antara ekstraksi vakum atau forseps.
Ekstraksi
dapat dilakukan secara :
-
Anak dilahirkan dengan oksiput tetap
dibelakang.
Cara
ini dilakukan, bila ada faktor-faktor yang menyukarkan rotasi kedepan. Untuk
itu perlu dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas.
-
Anak dilahirkan dengan oksiput di depan.
Cara
ini dilakukan dengan sebelum melakukan rotasi oksiput kedepan secara manual
atau dengan forseps. Pada presentasi belakang kepala. Kadang-kadang kala II
mengalami kemacetan dengan kepala janin sudah berada di dasar panggul dan
posisi ubun-bun kecil melintang. Keadaan ini dinamakan posisi lintang tetap rendah (deep transverse arrest. Apabila ada alamat untuk menyelesaikan
persalinan dapat dilakukan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam yang di pasang
miring terhadap terhadap kepala dan miring terhadap panggul.
5.
Prognosis
Jalannya
persalinan pada posisi oksiput posterior sulit diramalkan, hal ini dapat
disebabkan karena kemungkianan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada
umumnya berlangsung lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar,
sedangkan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan
dimana ubun-ubun kecil berada didepan..
B.
PRESENTASI
PUNCAK KEPALA
1.
Pengertian
Pada
persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir berada dalam
keadaan fleks. Dalam keadaan tertentu pleksi kepala tersebut tidak terjadi,
sehingga kepala dalam keadaan defleksi. Bergantung pada derajat
defleksinya,maka dapat terjadi presentase puncak kepala,presentase dahi atau
presentase muka.Presentase puncak kepala atau sering di sebut jugapresentase
sinsiput,terjadi apabila derajat defleksinya ringan,sehingga ubun – ubun besar
merupakan bagian terendah.Presentasi dahi,bila derajat defleksinya lebih
berat,sehingga dahi merupakan bagian yang paling rendah.Presentasi muka bila
derajat defleksinya maksimal,sehingga muka janin merupakan bagian yang
terendah.
Pada
umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara, yang kemudian
akan berubah menjadi presentasi belakang kepala.
2.
Mekanisme
Persalinan
Mekanisme
persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitlis posterior persistens,
seingga keduanya seringkali dikacaukan satu dengan yang lainnya. Perbedaannya :
pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal,
sedangkan sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran (hipomoklion) yang
berada di bawah simfisis ialah glabella.
C.
PRESENTA
DAHI
1.
Pengertian
Presentasi
dahi ialah keadaan di mana kedudukan kepala berada di antara fleksi maksimal
dan defleksi maksimal (sikap ekstensi sedang), sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Pada pemeriksaan dalam dapat dirabah daerah sinsiput yang berada di
antara ubun-ubun besar dan pangkal hidung, Biasanya presentasi dahi bersifat
sementara dan dengan majunya persalinan, maka sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi muka atau belakang kepada.sebab-sebab presentasi dahi
kira-kira sama dengan sebab-sebab presentasi muka.
Presentasi
dahi
2.
Diagnosa
Pada
permulaan persalinan biasanya sulit untuk membuat diagnosis presentasi dahi.
Pemeriksaan luar pada dasarnya memberikan hasil seperti pada presentasi muka.
Bedanya hanya bagian belakang kepala tidak seberapa menonjol. Denyut jantung
anak lebih jelas di dengar lewat dada, sehingga ditemukan di sebelah yang sama
dengan bagian-bagian kecil.
Biasanya
presentasi dahi baru dapat di diagnosis waktu persalinan, kalau pembukaan sudah
cukup besar. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis. Bila sutura
ini di ikuti, maka pada ujung yang satu terdapat ubun-ubun besar, sedangkan
pada ujung yang lain terdapat pangkal hidung dan lingkaran orbita. Mulut dan
dagu tidak dapat diraba. Bila teraba berarti presentasi muka.
3.
Mekanisme
Persalinan
Pada
umumnya presentasi dahi hanya bersifat sementara untuk kemudian dapat berubah
menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka, atau tetap presentasi
dahi.Oleh karena itu, apabila tidak ada gawat janin, menunggu kemajuan
persalinan dapat dilakukan. Peruban presentasi dapat terjadi terutama pada
janin kecil atau janin mati yang sudah mengalami maserasi. Pada janin dengan
ukuran normal, terutama apabila selaput ketuban sudah pecah, biasanya tidak
terjadi perubahan presentasi.
Mekanisme
persalinan pada presentasi dahi menyerupai mekanisme persalinan pada presentasi
muka. Oleh karenanya janin kecil mungkin dapat dilahirkan vaginal bila
punggungnya berada di posterior.
Kepala
janin masuk kedalam rongga panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis
serta sutura frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage dan
ukuran terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul, dagu memutar kedepan.
Sesudah dagu berada di depan, dengan fossa kanina sebagai hipomoklion, terjadi
fleksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum.
Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan dagu terjadi moulage dan kaput
suksedanum yang besar pada dahi waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit
terjadi penambahan defleksi.
Karena
besarnya ukuran ini, kepala baru dapat masuk kedalam rongga panggul setelah
terjadi moulage untuk menyesuaikan diri pada besar dan bentuk pintu atas
panggul. Persalinan membutuhkan waktu lama dan hanya 15% berlangsung spontan.
Angka kematian perinatal > 20%, sedangkan peralinan pervaginam berakibat
perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya.
4.
Penanganan
Presentasi
dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal,tidak akan dapat lahir spontan
pervaginam, sehingga haris dilahirkan dengan seksio sesar. Pada janin yang
kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam menghadapi
persalinan presentasi dahi sama dengan sikap dalam menghadapi presentasi muka. Bila
persalinan menunjukan kemajuan, tidak perlu dilakukan tindakan demikian pula
bila ada harapan presentasi dapat berubah mejadi presentasi presentasi belakang
kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk kedalam
rongga panggul, dapat dicoba merubah presentasi dengan perasat Thorn, tetapi jika tidak berhasil dilakukan seksio sesar. Pada kepala
yang sudah masuk rongga panggul. Akan tetapi tidak menunjukan kemajuan dalam
kala II, sebaiknya dilakukan seksio sesar. Demikian pula halnya pada keadaan
selaput ketuban yang sudah pecah, sebaiknya dilakukan seksio sesar.
Anak
yang lahir dengan presentasi dahi menunjukan kaput suksedanum yang besar pada
dahi disertai dengan moulage kepala yang hebat.
D.
PRESENTASI
MUKA
1.
Pengertian
Presentasi
muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal (sikap janin
ekstensi maksimal), sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka nerupakan
bagian terendah menghadap kebawah. Presentasi muka dinamakan primer, kalau
sudah ditemukan pada masa kehamilan; sedangkan dinamakan sekunder, kalau
terjadi pada waktu persalinan.
Presentasi
Muka
Mentoposterior,
dagu berada dibagian posterior .
Persalinan pervaginam hanya mungkin
berlangsung bila dagu berputar ke anterior.
Diagnosis.
Dalam kehamilan:
Pada presentsi muka,
tubuh janin dalam keadaan ekstensi maksimal sehingga oksiput mendekat kearah
punggung janin dan dagu menjadi presentasinya, pada pemeriksaan luar dagu akan
teraba seperti punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakni belakang kepala,
terletak disebelah yang berlawanan dengan letak dada. Diantara belakang kepala
yang menonjol dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut fabre). Pada tempat
dada diraba pula bagian-bagian kecil janin dan didengar denyut jantung lebih
jelas. Diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan rontgen.
Dalam persalinan:
Dengan
pemeriksaan luar, diagnosis presentasi muka agak sulit dan biasanya perlu
dibantu dengan pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar dan muka yang
sudah masuk kedalam panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut,
hidung, dan pinggir orbita. Penunjuk
presentasi muka adalah dagu. Pemeriksaan
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai melukai mata dan mulut. Adanya
kaput suksedanum menyulitkan pemeriksaan, sehingga kadang-kadang muka disangka
bokong. Disamping itu mulut dapat dikenal dengan adanya pinggir alveola serta
pada janin yang masih hidup akan terasa gerakan mengisap.
2.
Etiologi
Pada
umumnya penyebab terjadinya presentsi muka adalah keadaan-keadan yang memaksa
terjadinya defleksi kepala, misalnya panggul sempit atau janin besar.
-
Letak muka primer (disebabkan oleh
kelainan anak dan tak dapat dikoreksi) :
Struma
kongenital, kelainan tulang leher, lilitan tali pusat yang banyak, meningokel
dan anensefal.
-
Letak muka sekunder (anak normal,
umumnya dapat dikoereksi) :
Panggul
picak, anak besar, dinding perut kendor, bagian-bagian yang menumbung, hidramnion
dn kematian janin dalam kandungan.
3.
Mekanisme
Persalinan
Mekanisme
persalinan presentasi muka serupa dengan pesalinan presentasi belakang kepala.
Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami penurunan (descent),
putaran paksi dalam, fleksi, ekstensi dn putaran paksi luar. Kepala masuk
kedalam panggul dengan sirkumferensia trakelo-parietalis dan dagu melintang
atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam,
sehingga submental (dagu) memutar kedepan dan berada dibawah arkus pubis.
Dengan daerh ini sebagai hipomoklion, kepala kemudian lahir dengan gerakan
fleksi, maka dahi, ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir lewat perineum.
Setelah kepala lahir, terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti
presentasi belakang kepala.
Kalau dagu berada
dibelakang. Pada putaran paksi dalam dagu ini harus melewati jarak jauh supaya
berada di depan. Kadang-kadang hal ini tidak terjadi dan tetap berada
dibelakang (10%). Hal ini disebut mentoposterior
persistens, dalam keadaan ini janin tidak dapat lahir spontan, kecuali
janin kecil atau mati. Hal ini disebabkan karena kepala sudah berada defleksi
maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu
terjepit dalam panggul dan persalinan
tidak akan maju. Oleh karena itu bila dijumpai presentasi muka dengan dagu
dibelakang perlu segera dilakukan tindakan untuk menolong persalinan.
4.
Penanganan
Pada
persalinan dengan presentasi muka perlu dilakukan pemeriksaan teliti tentang
ada tidaknya disproporsi sefalopelvik. Jika tidak ada, persalinan spontan dapat
diharapkan, bila dagu berada di depan. Kalau dagu berada dibelakang, harus
diberi kesempatan kepada dagu untuk memutar kedepan. Jangan dilupakan bahwa hal
ini baru terjadi setelah muka mendekati dasar panggul.
Apabila
dalam pengamatan kala II selama beberapa jam dagu tidak menunjukan gejala akan
memutar kedepan (posisi mentooposterior
persistens) tidak ada gunanya menunggu lebih lama. Dalam hal ini di
usahakan dulu untuk memutar dagu ke depan dengan satu tangan yang di masukkan
kedalam vagina. Apabila usaha ini berhasil, selanjutnya di tunggu persalinan
spontan. Apabila tidak berhasil atau bila di dapatkan disproporsi sefalopelvik,
sebaiknya dilakukan seksio sesar.
Dalam
keadaan tertentu dapat diusahakan untuk mengubah presentasi muka menjadi
presentasi belakang kepala dengan tangan penolong yang dimasukkan kedalam
vagina dan menekan muka di daerah mulut dan dagu ke atas atau bila tidak
berhasil, dapat dicoba perasat thorn yaitu kepala bagian belakang dipegang oleh
tangan penolong yang di masukan ke vagina lalu di tarik ke bawah, sedangkan
tangan dari luar berusaha meniadakan ekstensi dada. Walaupun demikian ada
beberapa syarat yang harus di penuhi sebelum mengubah presentasi muka menjadi
presentasi belakang kepala, yaitu :
-
Dagu harus berada di belakang; kalau
dagu di depan, akan terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil
dibelakang yang tidak banyak menguntungkan dengan presentasi muka dengan dagu
di depan.
-
Kepala belum jauh masuk ke dalam panggul
dan masih mudah di dorong ke atas.
Bila akan dilakukan ekstraksi
forseps ( atas indikasi dari ibu atau dari janin maupun kala II yang melebihi 2
jam), maka syarat yang harus di penuhi ialah dagu yang sudah berada di depan
(depan benar atau depan miring).
Sedangkan indikasi untuk melakukan
seksio sesar ialah :
-
Posisi mentoposterior persistens
-
Adanya kesempitan panggul
-
Sulitnya kepala janin masuk kedalam
panggul pada persalinan yang sudah berlangsung lama.
5.
Prognosis
Pada
umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini
dapat di jelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia
trakeloparietale yang hanya sedikit lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya
kesempitan panggul dan janin besar yang merupakan penyebab terjadinya peentasi
muka tersebut. Disamping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka
tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah
harus turun sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati
pintu atas panggul.
Dalam
keadaan dimana dagu berada di belakang prognosis kurang baik bila dibandingkan
dengan dagu di depan, karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup bulan
tidak mungkin dapat lahir pervaginam. Angka kematian perinatal pada presentasi
muka ialah 2,5 – 5 %.
E.
MEKANISME
PERSALINAN
Gerakan-gerakan
utama dari mekanisme persalinan adalah :
1.
Penurunan kepala
2.
Fleksi
3.
Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
4.
Ekstensi
5.
Ekspulsi
6.
Rotasi luar (putaran paks luar)
1)
Penurunan
kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi
pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan. Masuknya kepala yang melewati pintu atas panggul (PAP). Dalam
keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir tepat diantara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang
sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau agak
ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
-
Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati simfisis
dan os parietal belakang paling rendah dari os parietal depan.
-
Asinklitismus anterior : bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti
terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapatmenimbulkan
disproporsi sevalopelvik dengan panggul berukuran normal sekalipun.
Penurunan
kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam aktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan
dan dilatasi servik, keadaan ini menyebabkan bayi terdorong kedalam jalan
lahir. Penurunan kepala ini juga di sebabkan karena tekanan cairan intra
uterin, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan
melurusnya badan anak.
Gambar 1-1
Sinklitismus
Sutura
sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan
promontorium
Gambar
1-2
Asinklitismus Anterior
Sutura
sagitalis mendekati simfisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan
Gambar
1-3
Asinklitismus posterior
Sutura sagitalis
mendekati promotorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal
belakang
2)
Fleksi
Pada
awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu di bawah lebih
dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dariubun-ubun
besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks, dinding
pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi. Diameter suboccipito bregmatika
(9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm), sampai di dasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
Ada beberapa teori yang menjelaskan
mengapa fleksi bisa terjadi. Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju
dan sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari keadaan ini terjadilah fleksi.
Gambar 2
Fleksi
dagu dibawa
lebih dekat ke arah dada janin
3)
Rotasi
dalam (putaran paksi dalam)
Putaran
paksi dalam ialah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simfisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar kedepan kearah simfisis. Rotasi dalam
penting untuk menyelesaikan persalinan karena rotasi dalam merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Gambar 3
Putaran paksi dalam
UUK berputar
kearah depan, sehingga dasar panggul UUK akan berada di bawah simfisis.
4) Ekstensi
Seudah kepala
janin sampai ke dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada dibagian simfisis,
maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga
kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi
penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala
akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput
yang tertahan pada pinggir bawah simfisi akan menjadi pusat pemutaran
(hipomochlion). Maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum :
Ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
Gambar 4
Gerakan janin pada defleksi
5)
Rotasi
Luar (putaran paksi luar)
Kepala
yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam kedaan miring. Di dalam
rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya, sehingga di dasr panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam di mana ukuran bahi (diameter bisa kromial) menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu
kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischiadium sepihak.
Gambar 5
6)
Ekspulsi
Setelah
putaran paksi luar, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya
lahirkan bahu depan terlebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Setelah kedua
bahu lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan
lahir.
Dalam mekanisme
persalinan fisiologis ini bahu akan melintasi pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring, kemudian di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan
diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul apabila
kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan-belakang. Bila
bayi telah lahir uterus mengecil akibat kontraksi uterus (his) sehingga
perlekatan plasenta dengan dinding
uterus akan terlepas dan kemudian akan dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar